Senin, 09 September 2013

BUDAYA SALAM



 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Pembaca yang dirahmati Allah, ada sebuah kisah menarik yang perlu kita ambil pelajaran darinya, kisah ini dimulai dari dua orang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, mereka berdua bertemu dan saling bertegur sapa satu sama lainnya serta saling memberi salam, ketika mereka tengah berbincang-bincang, di tengah jalan ada sebongkah batu yang mana batu itu memisahkan arah jalan mereka, yang satu ke arah kanan batu itu dan yang satu ke arah kiri batu tersebut, ketika mereka bertemu kembali maka mereka saling melemparkan salam kembali, subhanallah sungguh budaya yang sangat indah sekali, hanya dipisahkan sebongkah batu, kedua sahabat yang mulia ini memberikan salam kembali dan melanjutkan perbincangan mereka. Tentu sangat berbeda dengan kondisi kaum muslimin pada zaman sekarang ini dimana jika kita bertemu dengan saudara kita, teman kita, seolah kita ini bukan seorang muslim, bukan kalimat salam yang keluar tapi ucapan-ucapan produk orang kafir seperti selamat pagi, hallo, dsb. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi kalimat salam seperti ini menjadi bahan ejekan. Pernah saya menjumpai ada sekelompok pemuda sedang duduk di pinggir jalan, lalu lewat seorang wanita berkerudung lebar di depan kerumunan pemuda itu, kemudian pemuda itu menggoda wanita tersebut dengan siulan dan dengan mengatakan “Assalamu alaikum “ sambil tertawa-tawa dengan maksud mengejek si wanita tersebut. Kejadian ini memotifasi saya untuk menyampaikan betapa pentingnya ucapan salam di antara kita. Maka dari itu disini saya mengajak kepada para pembaca sekalian untuk melestarikan budaya salam yang mulia ini. Kisah sahabat di atas sejalan dengan sabda Nabi : 

"Apabila seorang diantara engkau semua bertemu saudaranya -yakni sesama Muslim-, maka hendaklah mengucapkan salam padanya. Jikalau antara keduanya itu terhalang oleh sebuah pohon, dinding atau batu kemudian bertemu lagi dengan saudaranya itu, maka hendaklah bersalam lagi." (HSR, Abu Dawud dari abu hurairoh )

pembaca yang dirahmati Allah, ucapan salam termasuk dari salah satu syiar Islam yang paling nampak, Allah menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslimin dan Allah menjadikannya sebagai salah satu dari hak-hak seorang muslim dari saudaranya. Rasul-Nya -alaihishshalatu wassalam- juga telah memerintahkan untuk menyebarkan syiar ini dan beliau mengabarkan bahwa menyebarkan salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin, yang mana tersebarnya cinta dan kasih sayang di antara mereka merupakan salah satu sebab untuk masuk ke dalam surga.
Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 61

“apabila kalian memasuki rumah-rumah kalian, maka berilah salam kepada dirimu sendiri ( serta kepada penghuninya )sebagai penghormatan, Salam yang ditetapkan dari sisi Allah yang mengandung berkah.”
 
Dan telah termaktub dalam sebuah hadits Dari Abdullah bin Amr -radhiallahu anhu- dia berkata: Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “ ya Rasulullah, Islam apakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:  Kamu memberi makan,dan  mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. Hadits ini shahih diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim

Dan dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda: 

 “as-Salam adalah satu dari Asma-Asma Allah, maka syiarkanlah salam di antara sesama kamu”. Hadits ini hasan diriwayatkan oleh Thabraniy dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath, dan oleh al-Baihaqiy dalam kitab Syu’abul Iman dari jalan sahabat Abdullah ibn Mas’ud secara marfu’.

Adapun keutamaan-keutamaan salam sangatlah banyak jika dibahas semuanya  tidak akan cukup, disini saya akan memberikan beberapa keutamaan saja.

Yang pertama: Ucapan salam merupakan ciri khas seorang muslim, jika kita pergi ke Negara-negara yang notabene penduduknya non muslim, tentu kita akan mengetahui mana muslim dan mana yang non muslim dari ucapan salam tersebut. Karena orang-orang kafir tidak mengucapkan salam.

Keutamaan yang kedua adalah: tentunya pahala-pahala kebaikan yang akan dilimpahkan kepada kita. pernah ada seseorang yang datang kepada Nabi dan mengucapkan      “Assalamu alaikum?” Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk. Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: “Sepuluh pahala.” Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam, “Assalamu alaikum warahmatullah.” Beliau membalas salam orang tersebut, kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: “Dua puluh pahala.” Setelah itu ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, “Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” beliau membalas salam orang tersebut kemudian orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: “Tiga puluh pahala.”  Hadits ini Shahih diriwayatkan oleh imam tirmidzi, abu daud, dan an’nasa’i.

pembaca yang dirahmati Allah, Berangkat dari hadits ini marilah kita bermuhasabah terhadap diri-diri kita, pernahkah kita dalam sehari melakukan 30 amal kebaikan..? atau bahkan yang kita lakukan malah 30 keburukan yang berujung dosa. Dengan ucapan salam yang lengkap, hanya butuh 2 – 3 detik saja kita mendapatkan 30 pahala kebaikan dari Allah, itu baru sekali salam. Bagaimana jika kita setiap bertemu dengan rekan kita, saudara kita atau orang yang berpapasan dengan kita, lalu kita ucapkan salam kepadanya, berapa banyak pahala kebaikan yang akan kita raih. Sungguh Allah maha pemurah.

Keutamaan yang ketiga adalah: ucapan salam akan menghilangkan unek-unek diantara kita, seumpama anda punya unek-unek kepada seseorang, anda menyimpan rasa tidak suka kepada orang itu, namun ketika anda bertemu dengan orang itu dan orang itu mengucapkan salam kepada anda seraya menjulurkan tangannya dan memberikan sedikit senyuman, lantas anda membalas salam tersebut dengan penuh keikhlasan, perhatikan apa yang terjadi setelah itu, rasa unek-unek itu akan hilang dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Inilah tujuan nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk menebarkan salam kepada sesama yakni menebarkan kasih sayang di antara kita, ukhuwah akan lebih terjaga, dan solidaritas akan tercapai insya Allah. Dalam riwayat imam muslim Rasulullah bersabda:

"Tidak akan masuk syurga engkau semua itu sehingga engkau semua beriman dan tidak akan dinamakan beriman engkau semua itu sehingga engkau semua saling cinta mencintai. Tidakkah engkau semua suka kalau saya menunjukkan kepadamu semua pada sesuatu yang jikalau engkau semua melakukannya tentu engkau semua akan saling cinta mencintai? Yaitu sebarkanlah salam antara sesamamu semua!" 

Keutamaan yang keempat adalah: ucapan salam merupakan kalimat yang wajib untuk di ucapkan ketika kita merampungkan shalat, belum dikatakan selesai shalat seseorang sebelum ia mengucapkan salam. Tentu kita semua tahu bahwa shalat itu dimulai dengan takbir dan di kahiri dengan salam.

Itulah beberapa keutamaan salam yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Untuk lebih jelasnya silahkan merujuk kepada kitab-kitab para kibarul ulama seperti shahih muslim dan yang lainnya. Adapun adab atau tata cara salam yang perlu kita ketahui dan mungkin diantara kita ada yang belum tahu bagaimana adab salam.

Yang pertama: lebih disukai menjawab salam dengan yang lebih baik, jika ada yang mengucapkan assalamu alaikum, maka kita jawab wa’alaikumus salam warahmatullah, namun jika orang itu mengucapkan salam sampai kalimat warahmatullah maka kita jawab salam itu sampai kalimat wabarakatuh, bagaimana jika orang itu mengucapkan salam secara lengkap maka kita jawab dengan lengkap pula. Karena menjawab salam merupakan kewajiban bagi kita yang mana jika kita tidak menjawabnya kita berdosa, Rasulullah bersabda:

Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim: menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (hadits Shahih diriwayatkan  imam Muslim No.4022)

Yang kedua: tidak boleh memberi salam kepada orang kafir atau non muslim namun jika orang kafir itu memberi salam maka kita wajib menjawabnya. Ingat,, memberi salam kepada orang kafir haram hukumnya namun menjawab salamnya wajib hukumnya. Lantas bagaimana cara menjawab salam orang yang tidak fasih dalam pengucapannya baik itu muslim terlebih orang kafir.. karena kita diwajibkan menjawab salam..? Rasulullah telah mengajarkan kita dari mulai tauhid sampai adab buang hajat, maka barang tentu cara menjawab salam yang tidak fasih, nabipun sudah mengajarkannya namun permasalahannya tidak semua orang tahu masalah seperti ini. Cara menjawabnya adalah cukup dengan mengucapkan wa’alaikum, mana dalilnya…? Dalilnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dalam shahihnya no. 4024 dari sahabat anas bin malik dimana Rasulullah bersabda:

Apabila Ahli Kitab ( maksudnya orang kafir ) mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah: Wa`alaikum.

Ada sebuah kisah menarik, pernah ada sekelompok orang yahudi meminta izin bertemu dengan Rasulullah, setelah mereka bertemu maka mereka mengucapkan “ assaamu alaikum “ namun ucapan itu bermaksud ejekan kepada Nabi, kalau kita pelankan, kalimat itu adalah ass saa muu alaikum, ada satu huruf yang hilang disitu yakni huruf lam alif, yang betul adalah assalaamu alaikum yang artinya keselamatan untuk kalian, namun orang yahudi itu mengucapkannya dengan kalimat assamu alaikum yang artinya kematian untuk kalian atau dalam bahasa sehari-hari kita adalah  “mampus ente “, begitu mendengar ucapan orang yahudi itu, sontak aisyah keluar dan marah seraya mengucapkan “Bal `alaikumus saam" (sebaliknya semoga kalianlah yang mendapatkan kematian). Dalam riwayat yang lain dengan tambahan “ walaknatukum “ ( dan laknat Allah untuk kalian ), mendengar ucapan aisyah Nabi menegur aisyah dengan mengatakan: “ sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam segala hal.” Mendengar Nabi mengatakan itu Aisyah sedikit Marah kepada Nabi dengan mengatakan:  apakah engkau tidak mendengar apa yang diucapkan mereka..? ”, mendengar ucapan itu Nabi pun balik mengatakan dengan penuh ketegasan: “ wahai aisyah apakah kau tidak mendengar ucapanku” seketika itu aisyah diam tanda takut kepada suaminya yang tidak lain adalah Rasulullah, dan Rasulullah berkata lagi kepada aisyah: “ sesungguhnya aku telah menjawab “ WA’ALAIKUM “ ( dan kamu juga ). Kisah ini shahih terdapat dalam kitab shahih muslim dalam hadits no. 4027.

Sebuah pelajaran penting bagi kita, dan mengingatkan kita akan kecerdasan Nabi dalam menjawab ejekan orang yahudi dimana orang yahudi mengatakan “ matilah engkau “ maka Nabi membalas “ dan kamu juga “.
Namun pertanyaannya bagaimana jika orang kafir itu memberi salam dengan ucapan yang tepat atau fasih..? karena sudah banyak orang kafir yang bisa mengucapkan salam dengan fasih. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang mengatakan “ tetap dijawab dengan wa’alaikum “ karena jawaban tersebut mencakup semuanya, jika tidak fasih misalkan “ assamu alaikum “  yang artinya matilah engkau, maka dijawab wa’alaikum yang artinya dan kamu juga, namun jika fasih, assalamu alaikum yang artinya keselamatan untukmu, maka tetap jawabannya wa’alaikum yang artinya dan kamu juga artinya dan kamu juga selamat. Namun pendapat yang paling Rojih adalah menjawab dengan salam seperti biasanya atau dengan yang lebih baik, misalkan orang kafir itu mengucapkan assalamu’alaikum maka kita jawab wa’alaikumus salam warahmatullah, dan seterusnya. Dan pendapat ini disepakati oleh ibnul qoyyim al-jauziyyah, beliau mengatakan: “ jika orang kafir mengucapkan salam dengan fasih maka kita diperbolehkan menjawabnya dengan yang setimpal atau dengan yang lebih baik, boleh jadi jawaban salam kita menjadi pintu hidayah untuk orang kafir itu karena salam adalah do’a “

Yang ketiga adalah: hendaknya yang minoritas mengucapkan salam terlebih dahulu kepada yang mayoritas, dalilnya adalah:
Rasulullah bersabda: 

Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak. (HR. Muslim No.4019 dari jalan abu hurairoh)

Dan yang terakhir adalah: tidak boleh hanya mengatakan “ alaikas salam “ walaupun artinya sama yaitu untuk keselamatan, karena hal seperti ini dilarang oleh Nabi, dalilnya adalah:

Dari Abu Jurat al-Hujaimi Rodiyallahu anhu, berkata: "Saya mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu saya berkata: '"Alaikas- salam ya Rasulullah." Beliau shallallahu alaihi wasallam lalu bersabda: "Janganlah mengucapkan 'Alaikas- salam sebab sesungguhnya, 'Alaikas- salam itu adalah cara penghormatan kepada orang-orang yang sudah mati." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.


Saya kira cukup sampai disini pembahasan ini, kurang lebihnya saya mohon ma’af, jika ada kata-kata yang kurang berkenan mohon dibukakan pintu ma’af yang sebesar-besarnya, kesalahan itu datang dari saya pribadi dan dari syaithan sedangkan kebenaran datangnya dari Allah, saya bukanlah seorang alim, ustadzah atau seorang pakar, saya hanya hamba Allah yang lemah yang ingin mengajak kepada kebajikan. Akhirul kalam
سُبْحٓنٓكٓ اللّهُ وٓبِحٓمْدِكٓ أٓشْهٓدُ أن لا إِِله إلا أٓنْتٓ, وٓسْتٓغْفِرُكٓ وأتُوبُ إِلٓيه
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Terapi Rasulullah Menyembuhkan Penyakit Asmara






TERAPI RASULULLAH MENYEMBUHKAN PENYAKIT CINTA [1]


MUKADIMAH
Virus hati yang bernama al isyq (asmara), ternyata telah memakan banyak korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja nekad bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama menggembala domba sewaktu kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika Laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya ? Mari kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnul Qayyim dalam karya besarnya Zadul Ma’ad.
___________________________


Beliau berkata, ”Gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan berbeda dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebabnya maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.”

Allah mengisahkan penyakit ini dalam Al Qur’an tentang dua tipe manusia. Pertama, wanita dan kedua, kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan).

Allah mengisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al Aziz (gubernur Mesir) yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa kaum Luth. Allah mengisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth.

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata, "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina." Mereka berkata, "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata, "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)." (Allah berfirman), "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)." [Al Hijr : 67-72]

KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak mengetahui cara menempatkan kedudukan Rasul sebagaimana layaknya. Beranggapan, bahwa Rasulullah tak luput dari penyakit ini. Konon, sebabnya ialah tatkala Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Zainab binti Jahsy, seraya berkata kagum, ”Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati.” Sejak itu Zainab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah, ”Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya,"Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. [Al Ahzab:37] [2]

Sebagian orang beranggapan, ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi. Bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi, karena kejahilannya terhadap Al Quran dan kedudukan para rasul. Hingga memaksakan kandungan ayat dngan apa yang tidak layak dikandungnya. Menisbatkan perbuatan Rasulullah, yang seolah Allah menjauh dari diri Beliau

Padahal kisah sebenarnya, bahwasannya Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid Ibn Haritsah (bekas budak Rasulullah) yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid Ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid. Oleh sebab, itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasulullah minta saran untuk menceraikannya. Maka Rasulullah menasehatinya agar tetap memegang Zainab. Sementara Beliau pun tahu, bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang-orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam dirinya. Rasa takut inilah yang tejadi dalam dirinya. Oleh karena itu Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut. Sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya. Sebab Allahlah yang seharusnya ditakuti. Jangan sampai Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam takut berbuat sesuatu hal yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia. Setelah itu Allah memberitahukan, bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya. Agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai bolehnya menikahi bekas istri anak angkat. Adapun menikahi bekas istri anak kandung, maka hal ini terlarang.sebagaimana firman Allah.

(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu). [An Nisa’ : 23].

Allah berfirman dalam surat lain.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu [Al Ahzab : 40].

Allah berfirman di pangkal surat ini.

Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. [Al Ahzab : 4].

Perhatikanlah bagaimana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahit taufiq.

Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya. Aisyah adalah istri yang paling dicintainya. Namun kecintaannya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi , yakni cinta kepada Rabbnya.

Dalam hadis shahih.

Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi, maka aku akan menjdikan Abu Bakr (sebagai kekasih).[3]

KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL ISYQ
Penyakit al isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu denganNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam.

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.….[Yusuf : 24].

Nyatalah bahwa ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya, berupa perbuatan jelek dan keji. Artinya, memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu.

Berkata ulama Salaf, “Penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai ibu Nabi Musa.

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. ([Al Qasas : 11].

Yakni kosong dari segala sesuatu, kecuali Musa; karena sangat cintanya kepada Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al isyq terjadi karena dua sebab. Pertama, karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua, perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit -walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya. Namun solusi yang diberikan belum mengena.

MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn Al Qayyim, ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya. Secara fitrah saling tertarik dengan jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.

Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh, menyebabkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah tegaknya urusan manusia. Allah befirman,

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. [Al A’raf : 189].

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tenteram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa. Tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keinginan, ataupun kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk. Pun demikian tidak dipungkiri, bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.

Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadits.

Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih. [4]

Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan, bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah, ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya. Yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan hadits ini.

Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu menurut jenisnya. Mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan berbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain, maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.

Penerapan kaidah ini tidak saja berlaku di dunia. Lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat. Allah berfirman.

(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah. [Ash Shaffat : 22].

Umar Ibn Khatab dan setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran “azwajahum” yakni yang sesuai dan mirip dengannya.

Allah juga berfirman

dan apabila jiwa (ruh-ruh) dipertemukan. [At Takwir : 7].

Yakni setiap orang akan digiring beserta dengan orang-orang yang sama perilakunya. Allah akan menggiring sesama orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam surga, dan orang–orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan digiring ke neraka Jahim. Mau tidak mau, maka setiap orang akan digiring dengan siapa yang dicintainya. Di dalam Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama mereka kelak.”[5]

CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan. Yang tertinggi dan paling mulia ialah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam agama Allah). Yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya. Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, madzhab, ideologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.

Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya; baik karena kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi -yaitu al mahabbah al ‘ardiyah- akan hilang bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan dari orang yang dicintainya. Yakinlah, bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu, akan meninggalkanmu ketika telah mendapat apa yang diinginkan darimu.

Adapun cinta lainnya yaitu cinta karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang menyinta dan yang dicinta. Mahabbah al isyq termasuk cinta jenis ini. Tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. Cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa. Oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.

Timbul pertanyaan, bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasmaran saja? Jika cinta ini perpaduan antara jiwa dan ruh, maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak dan bukan sepihak saja?

Jawabnya ialah, bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu. Atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga factor. Pertama, bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan. Oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai. Terkadang yang dicintai justru lari darinya. Kedua, adanya penghalang sehingga seseorang tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga, adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.

Jika penghalang ini dapat disingkirkan, maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.

TERAPI PENYAKIT AL ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut ialah sebagai berikut,

Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Hai sekalian pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa. Karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina).

Hadis ini memberikan dua solusi, utama, dan pengganti.

Solusi pertama adalah menikah. Jika solusi ini dapat dilakukan, maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firmanNya.
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. [An Nisa : 28].

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan terhadap hambaNya. Dan Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan syahwatnya, sehingga memperbolehkan menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat. Sebagaimana Allah memperbolehkan mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat. Demikianlah keringanan dan rahmatNya terhadap makluk yang lemah ini..

Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar’i dan takdir, maka penyakit ini bisa semakin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan pada dirinya, bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi. Lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang telah memutus harapan untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, dapat mempengaruhi keadaan jiwanya hingga semakin menyimpang jauh.

Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain. Yaitu dengan mengajak akalnya berfikir, bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dijangkaunya itu ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?

Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya terhalang karena larangan syariat, maka terapinya yaitu dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan ialah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu ke arah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.

Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal.

Pertama : Karena takut (kepada Allah). Yaitu dengan menumbuhkan perasaan, bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, tentu akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu menggantikannya dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun berkhayal terbang melayang jauh, maka ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan. Akhirnya sirnalah segala keindahan semu. Yang tertinggal hanyalah keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.

Kedua : Keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika gagal melupakan yang dikasihinya. Dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus. Yaitu : gagal mendapatkan kekasih yang diinginkannya, serta bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapatkan dua hal menyakitkan ini, niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta. Dia akan bepikir, bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar, demi mendapatkan kebahagiaan abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kedzalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya. Sungguh, orang yang terhindar ialah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.

Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsu dapat menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang bakal diterimanya. Lebih parah lagi, dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilan dan kemaslahatannya.

Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi keburukan kekasihnya dan hal-hal yang dapat membuatnya menjauh darinya. Jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya, niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan daripada keindahannya. Hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab sebagaimana kecantikan sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya, maka demikian pula kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat membenci dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan terperdaya karena kecantikan kulit, dan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak atau kusta. Tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannya kepada kejelelekan sikap dan perilakunya. Hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejelekan yang diceritakan mengenai hatinya.

Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah penolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya di hadapan kebesaranNya sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan kekasihnya dan mempermalukannya di hadapan manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal tersebut merupakan kedzaliman dan melampaui batas.

PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun ibarat kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum terkena virus ini, maka lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya? Tidak lain, yaitu dengan tazkiyatun nafs. Semoga pembahasan ini bermanfaat.

_______
Footnote
[1]. Diterjemahkan Oleh Ahmad Ridwan Abu Fairuz Al Medani. Dari Kitab Zadul Ma’ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, Hal. 265-274.
[2]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa’ad dalam At Tabaqat 8/101-102, dan Al Hakim 3/23 dari jalan Muhammad Ibn Umar Al Waqidi, seorang yang matruk (ditinggalkan). Dan sebagian menggapnya sebagai pemalsu hadis; dari Muhammad Ibn Yahya Ibn Hibban, seorang yang tsiqah , namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi seluruhnya mursal. Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama al muhaqqiqin. Mereka berkata, “Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini sebagai dalil atas prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah, sebenarnya tidak meletakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang disembunyikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan adalah berita yang Allah disampaikan padanya, bahwa kelak Zainab akan menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang, bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan kisah ini Allah ingin membatalkan tradisi jahiliyyah ini dalam masalah adopsi. Yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya.Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Al Quran 3/1530,1532, Karya Ibn Arabi dan Fathul Bari8/303, Ibn Kastir 3/492, dan Ruhul Ma’ani 22/24-25.
[3]. Hadis diriwaytkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab Fadhail Sahabat Nabi, dari jalan Abdullah Ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (2384) dalam Fadhail Sahabat, Bab Keutamaan Abu Bakar, dari jalan Abdullah Ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu Sa’id Al Khudri.
[4]. Hadis Riwayat Bukhari 7/267dari hadis ‘Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[5]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan An Nasai dari jalan ‘Aisyah. Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama dengan orang yang tidak memiliki saham. Saham itu yakni: Shalat, puasa dan zakat. Tidaklah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada selainNya yang dapat mengangkat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpah terhadap yang keempat dan kuharap aku tidak berdosa dalam hal ini, yaitu tidaklah seseorang memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya), kecuali Allah akan memberinya pakaian penutup di hari kiamat.” Para perawi hadits ini tsiqah, kecuali Syaibah Al Khudri (di dalam Musnad di tulis keliru dengan Al Isyq Hadrami). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban. Namun ada syahidnya dari hadits Ibn Masud dari jalur Abu Ya’la, dan Thabrani dari jalur Abu Umamah. Dengan kedua jalan ini, maka hadits ini menjadi shahih.