SUDAH BENARKAH TAUHID KITA ( 3 )
Asma’ wash shifat
Tauhid asma’ wash shifat Yaitu
menetapkan nama-nama dan sifat-saifat untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ; serta meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya,
dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan II/17-18 )
Adapun prinsip dalam masalah
asma’ wash shifat adalah Kita menetapkan segala nama dan sifat yang telah Allah
tetapkan untuk diriNya dan yang telah ditetapkan oleh RasulNya Shallallahu
'alaihi wa sallam, juga tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil. . (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan II/17-18 )
Tahrif
Yang dimaksud dengan Tahrif
adalah menyimpangkan makna atau sifat Allah dari yang sebenarnya tanpa dalil.
Sebagai contoh yang dilakukan oleh orang-orang mu’tazila terhadap sebagian ayat
Al-qur’an, dimana arti sesungguhnya adalah seperti dzahirnya tapi mereka
menggantinya dengan kekuasaan atau yang lainnya, contoh:
“ Allah bersemayam di atas
Arsy’ ( ar-rahman : 5 ) “
Kalimat istiwa’ ( bersemayam
) di dalam ayat tersebut mereka ganti dengan istaula ( tinggi ), sedangkan
tidak ada satupun ulama ahli tafsir yang berpendapat atau terlebih menggantinya
demikian, para mufassirin memahami dan membiarkan apa adanya tanpa menggantinya,
karena orang mu’tazila tidak mau menerima Allah itu bersemayam karena
bersemayam itu untuk makhluk, maka kita jawab, Allah sendiri yang menshifati
seperti itu dan adapun bersemayamnya Allah itu tidak sama dengan makhlukNya,
bukankah kita punya penglihatan dan Allahpun punya, apakah anda mau
menghilangkan sifat melihatnya Allah karena makhluk memilikinya, yang jadi
perbedaan adalah penglihatan kita berbeda dengan penglihatan Allah. Allah
berfirman:
“ laitsa kamitslihi syai’un, ( tidak ada
yang serupa denganNya ) ( asy syura’ : 11 )
Ta’thil
Ta'thil yaitu meniadakan atau
menolak adanya nama-nama atau sifat-sifat Allah, baik sebagian atau secara
keseluruhan.
Takyif
Takyif adalah menentukan atau
menanyakan hakikat tertentu dari sifat-sifat Allah. Contoh Allah bersemayam di
atas Arsy’, kita imani bahwa Allah bersemayam di atas Arsy tanpa menanyakan
bagaimana Allah bersemayam atau menentukan bersemayamnya Allah tanpa dalil.
Contoh yang lain Allah memiliki tangan, Allah berfirman:
“…tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka…”
( al-ma’idah : 64 )
maka kita imani Allah
memiliki tangan namun janganlah kita menanyakan atau memikirkan atau bahkan
menentukan sendiri tangan Allah seperti
apa, apakah berjari lima atau tidak.. ini yang menjadi masalahnya, tugas kita
hanya mengimaninya saja. Karena pada dasarnya, masalah tauhid asma’ wash shifat
itu bersifat taukifi ( berdasarkan dalil ), jika tidak ada dalil yang
menerangkan maka kita wajib berdiam diri atasnya tidak boleh mengira-ngira.
Tamtsil
Tamtsil yaitu menyamakan atau
menyerupakan nama atau sifat Allah dengan nama atau sifat makhlukNya. Karena
ini bertentangan dengan firman Allah:
“..tidak ada yang serupa denganNya..” (
asy syura’ : 11 )
Bagaimana tidak, makhluk
dengan makhluk saja berbeda, tangan manusia dengan tangan kera berbeda,
begitupun kaki manusia dengan kaki sapi pun berbeda, ini makhluk dengan
makhluk, bagaimana dengan sang Khaliq, tentu akan lebih jauh berbeda lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jika komentar berbau sara dan provokasi, kami akan menghapusnya